Chianty Gunawan—From Law to Fashion & Following Our Guts


by Glow Necessities
Chianty Gunawan—From Law to Fashion & Following Our Guts
All photos via @chiantygunawan

“Aku awalnya kuliah jurusan hukum, berseberangan sekali dengan passion-ku. Tetapi mengambil kuliah hukum bukan semata-mata asal ambil atau dipaksa orang tua, memang aku suka juga sama ilmunya dan sempat kerja di lawfirm selama 6 bulan tapi tidak betah, ternyata dunianya “gelap”. Sejak SMP aku sebenarnya memang sudah passion di dunia design (kata mamaku sih). Lalu di tahun 2009 iseng membuat blog (sayangnya kini sudah tidak ada), lalu blog-ku mulai dilirik berbagai brand sehingga akhirnya mulai merambah ke Instagram juga. Awal mulanya hanya sharing passion dan yang kusuka di dunia design, especially di bidang fashion. Kemudian di tahun 2011 aku mulai menekuni sebagai pekerjaan utama, serta memulai kolaborasi dengan berbagai brand sebagai fashion stylist, menjadi muse, dan speaker untuk talkshow.

Lalu aku sempat meninggalkan pekerjaan ini dan beralih kerja kantor sebagai Senior Fashion Stylist di Zalora. Seusai dari Zalora, barulah aku full-time content-creator & marketing bersama tim-ku 5 orang membuat konten yang membantu memberi ide yang membangun brand image para klien (website, Instagram, Newsletter). Namun, pekerjaan sebagai content-creator marketing ini baru saja aku sudahi saat aku hamil 7 bulan, karena aku rasa aku sudah tidak bisa all-in. Lalu baru saja 3 bulan yang lalu aku mulai fokus lagi untuk membuat konten di Instagram sendiri, membangun ulang my personal branding as a content creator sambil me-manage kurasi koleksi vintage fashion di Love Me Twice—yang mana ada tantangannya sendiri mengedepankan taste & style personal-ku sambil tetap memenuhi kebutuhan customer—dan dekorasi di Mope Studio. So yeah, now I'm a full time mom and part-time content creator.

Namun demikian, terkadang saat aku merasa stuck, tidak ada inspirasi atau tidak tahu mau membuat project apa lagi, aku selalu ingat-ingat waktu dulu wisuda ketika Papa-ku bilang kepadaku “Sudah kamu fokus saja di Lawfirm. Kerja di fashion tidak ada jaminan finansialnya, sayang ijazah kamu” and I was so upset hearing that, I can now still remember how it felt like—di momen saat aku tahu bahwa fashion adalah passion-ku yang membuat aku terus lanjut sampai sekarang. Not to prove to other people that they’re wrong, but more to proof myself that it’s truly my passion, it’s therapeutic for me.

ON BEAUTY

What beauty means for me when I was single: I felt pretty when I was wearing makeup and didn't even care about skincare. Me as a wife, I feel pretty when my skin is healthy, bahkan tidak tertarik pakai makeup karena lebih peduli sama skin-barrier. Now as a mom, I can still feel pretty whenever I wake up in the morning with my bare face, even though I have no time the night before to do my skincare routine because of my new mom life. So I think beauty means you're born with it, when you appreciate life, you’ll love yourself more as you age.

Dalam hal skincare, aku baru memulai rutin memakai skincare itu di umur 27 tahun. Aku overwhelmed banget waktu itu harus mulai dari mana karena sebelumnya untungnya aku dianugerahi kulit yang tidak terlalu bermasalah, tetapi makin ke sini aku makin sadar kalau udara di Jakarta sudah tidak bisa dikompromi dan kegiatan aku yang setiap hari terpapar polusi & matahari. Saat aku lagi research lebih dalam tentang basic skincare, somehow I was drawned to gentle skincare topics karena menurutku lebih masuk akal.

Untuk A.M routine, favorit aku saat ini yaitu Wardah Aloe Hydramild Facial Wash, terutama saat wajah terasa berminyak sekali, aku suka karena setelah dibilas tidak terasa terlalu stripping di kulitku & I do prefer cleanser with low lather. Lalu aku lanjut hydrating toner antara Glow Necessities Replenishing Hydratorkarena memberi hidrasi yang cukup di area kulitku yang oily (walaupun tidak banyak) dan yang keringatau Paula’s Choice RESIST Advanced Replenishing Toner ketika sudah berasa kusam banget karena concentrated ingredients-nya memang benar-benar menghidrasi dull & aging skin, ketika dipakai rasanya soothing dan aku suka milky texture-nya. Kalau lagi mau pakai makeup seharian aku pakai Rovectin Skin Essentials Activating Treatment Lotion supaya kulit tidak kering & it works well under my favorite foundation, benar-benar menghemat waktu skincare-an karena sudah tidak perlu pakai serum lagi. Lalu terakhir untuk sunscreen aku cuma cocok dengan physical sunscreen, dan kedua sunscreen ini benar-benar tidak bisa aku tinggalin, selalu ada di tas, bergantian pakainya antara Etude House Soon Jung Mild Defence Suncream SPF 49 atau Axis-Y Complete No Stress Physical Sunscreen SPF 50+, tidak ada speciality tertentu antara satu dan lainnya, tapi tidak membuat foundation 'geser' jadi aman dipakai on top of makeup serta tidak whitecast juga.

Untuk PM routine aku pakai cleanser yang sama, lalu 2-3x seminggu aku rutin eksfoliasi pakai Paula’s Choice Skin Perfecting 2% BHA Liquid—this one I can't live without, benar-benar skin rescuer banget, sudah setahun pakai ini dan merasa fine lines, komedo dan uneven skin tone semuanya amat sangat berkurang—the only exfoliating product I trust so far. Di malam saat aku tidak exfoliate, aku suka pakai serum yang fokus ke improving skin-texture seperti Physician’s Formula Skin Booster Vitamin Shot Time-Restoring. Kemudian terakhir moisturizer malam Somethinc Ceramic Skin Saviour Moisturizer Gel—kelembabannya sedang-sedang, jadi kalau kulit memang lagi super 'sehat' tidak butuh rich cream, I put my hands on it, aku suka kemasan jar-nya yang super convenient—atau Etude House Soon Jung 2x Barrier Intensive Cream—ini penyelamatku ketika kulit sedang 'marah': super duper dry, itchy or dehydrated, sesuai namanya intense banget kinerjanya dengan teksturnya yang lumayan rich.”

—sesuai yang disampaikan ke GN.