Bijak Berupaya Perlindungan Matahari Selain yang Dioles


by Glow Necessities
Bijak Berupaya Perlindungan Matahari Selain yang Dioles
Courtesy of @amsiro.jpg

Sejak akhir 2020, maraknya isu ditariknya banyak produk sunscreen Korea dari pasaran karena nilai SPF yang ternyata tidak memadai dibanding yang diklaim oleh berbagai brand & manufaktur kosmetik, termasuk dari influencer ternama—apakah karena kelalaian pihak brand, badan penguji SPF atau lembaga pengawas kosmetik tidak diketahui pasti—yang sampai kini belum menemukan titik terangnya, bukan merupakan hal yang tidak lumrah jika sebagai konsumen untuk bertanya-tanya: jadi produk pelindung matahari mana yang sebenarnya bisa dipercaya?

Untungnya melindungi diri dari paparan atau pantulan radiasi UV sinar matahari sumber utama penuaan dini juga dapat dilakukan semudah mengurung diri di ruangan terutup di rumah, namun dalam hal tindakan tersebut tidak memungkinkan untuk aktivitas sehari-hari, berikut yang dapat diupayakan selain mengoles sunscreen ber-SPF ke kulit tanpa harus dikata-katain oleh tetangga kalau mirip vampir karena takut matahari:

N°1

MANFAATKAN APLIKASI WEATHER DI SMARTPHONE

Gambar: Weather App & Google News, Courtesy of Apple & Google

Memakai aplikasi bawaan di iOS (jika menggunakan smartphone dari Apple) atau Google (jika menggunakan smartphone Android) untuk melihat UV Index—karena UV index merupakan indikator seberapa ‘kuat’ pancaran radiasi UV pada jam tertentu di suatu lokasi yang berbeda-berbeda tergantung tinggi dataran, seberapa dekat posisinya dengan garis khatulistiwa, cuaca, iklim, dan musim pada waktu tertentu—sebelum keluar rumah adalah cara termudah untuk menentukan seberapa sun protection yang kira-kira diperlukan.

N°2

MEMAKAI SARANA PELINDUNG MATAHARI

Meskipun baju dengan kain UPF (UV Protection Factor) masih sesuatu yang under-the-radar bagi pasar di Indonesia, memakai baju atau kain yang berkain tidak menerawang atau berwarna gelap terutama di area tubuh yang sering terlewat tidak teraplikasikan sunscreen dapat membantu mengurangi paparan langsung sinar matahari (jaket, sarung tangan, payung, UV visor).

N°3

INVESTASI KE VERTICAL BLIND ATAU KORDEN BLACKOUT

Walaupun korden standar yang sheer (terawang) biasanya cenderung terlihat lebih estetik, sayangnya kebanyakan masih membiarkan sebagian besar cahaya luar dan pantulan matahari untuk masuk (tergantung spesifikasi, yang umum kegelapannya ~60%) dan jika sebagian besar aktivitas sehari-hari dilakukan di dekat jendela besar yang terpapar matahari langsung, radiasi UVA—yang tidak memiliki manfaat untuk kesehatan dan salah satu faktor utama penuaan dini terselubung kulit—masih tetap bisa menembus dan di sini letak masalahnya. Untuk korden blackout dengan tingkat kegelapan setidaknya 90% atau vertical blind—walaupun ruangan di rumah bisa jadi terlihat seperti perkantoran dan ruangan gelap gulita jika dipakai—adalah salah satu yang dapat diandalkan untuk memastikan cahaya atau pantulan dari luar tidak tembus masuk.

N°4

AKTIFKAN FITUR NIGHT LIGHT DI SMARTPHONE DAN LAPTOP

Walaupun bagaimana pengaruh radiasi biru/ungu HEV Light (High Energy Visible Light) dari cahaya buatan perangkat elektronik sehari-hari terhadap kulit masih hal yang belum konklusif, tidak ada ruginya juga jika menyalakan mode Night Mode (atau Night Light di iOS) untuk membuat tone warna layar perangkat anda menjadi lebih warm (lebih berwarna orange) karena walaupun kita masih skeptis terhadap pengaruhnya terhadap kulit, setidaknya masih terdapat data pendukung untuk manfaatnya agar lebih nyaman bagi kesehatan mata jangka panjang dan pengaruhnya terhadap siklus tidur. Dan tentunya dengan menggunakan serangkaian antioxidant pada skincare—selain dapat membantu mengurangi efek radikal bebas—tentu akan dapat menginterupsi efek blue light dari HEV ini. 

N°5

BERAPAPUN SPF-NYA, SELALU APLIKASIKAN ULANG

Sunscreen ber-SPF yang diaplikasikan ke kulit, walaupun tidak dicuci atau terseka tetap akan semakin berkurang proteksinya seiring berjalannya aktivitas sehari-hari—karena lapisan proteksinya 'tergeser' baik karena sebum atau keringat yang diproduksi alami oleh kulit manusia saat melakukan kegiatan sehari-hari—bahkan jika sebagian besar aktivitas dilakukan di dalam ruangan dan tidak terpapar sinar matahari.

Gambar: Perubahan kerataan lapisan perlindungan SPF yang diaplikasikan di wajah seiring berjalannya hari walau di dalam ruangan selama 6 jam. Source: Cosmetics and Toiletries

Oleh karena itu penting untuk aplikasi ulang sunscreen ber-SPF terutama setiap setelah wudhu atau saat pandemiasumsi semakin tingginya kemungkinan lapisan proteksi sunscreen terseka selama menggunakan kain masker atau setiap kali cuci tangan—jika pada siang atau sore harinya akan melanjutkan aktivitas outdoor yang terpapar sinar matahari—tentu dengan pertimbangan memeriksa seberapa UV index pada waktu tertentu sebagaimana yang dijelaskan di langkah di atas.