Multi-Fungsi Vitamin C Bagi Kulit


by Glow Necessities
Multi-Fungsi Vitamin C Bagi Kulit

Sebagai pengguna skincare, rasanya testimoni terbaik itu adalah ketika teman sendiri tiba-tiba notice sesuatu yang berbeda tanpa diri sendiri sadari: “Eh, kulitmu kok terlihat lebih jernih ya, habis pakai apa?” adalah pujian yang terdengar layaknya musik di telinga. Dengan fondasi bahwa sunscreen ber-SPF adalah langkah awal untuk me-rem kecepatan penuaan dini—termasuk kulit kusam dan hiperpigmentasi—memakai skincare dengan vitamin C yang diformulasikan secara efektif dapat memberi banyak fungsi termasuk untuk menge-rem melanogenesis di kulit dan mengurangi efek radikal bekas dan oxidative stress dari paparan lingkungan—misal seperti asap kendaraan bermotor, rokok atau minuman beralkohol—atau jika dikombinasi dengan antioxidant lain seperti ferulic acid dapat meningkatkan performa perlindungan UV sunscreen ber-SPF yang dilayer setelahnya.

Vitamin C sendiri adalah senyawa yang sudah sedari sananya ada dalam kulit manusia namun seiring berjalannya waktu menyusut baik karena bertambahnya usia, paparan lingkungan, atau menyusut akibat paparan sinar matahari—oleh karena itu memakai vitamin C sebelum terpapar sinar matahari (pagi hari) dan sesudah terpapar (malam hari) dapat menjaga keoptimalan fungsinya dalam memelihara kulit terhadap hiperpigmentasi.

Adapun yang menjadi concern untuk beberapa kulit sensitif atau reaktif atas vitamin C (dalam bentuk murninya: ascorbic acid) adalah perihal kestabilannya dan untuk bekerja optimal: ascorbic acid perlu diformulasi dalam pH akhir yang cenderung asam (pH 3.0-3.5) dan kemasan yang kedap udara dan cahaya.

Untungnya kini ada beberapa studi yang bermunculan atas turunan ascorbic acid ini: sodium ascorbyl phosphate—yang kelebihannya cukup promising di antaranya adalah:

  • menenangkan inflamasi pada pori-pori tersumbat mulai dari 1-5% dengan efek samping yang lebih kecil (less sensitizing) dibahan bahan antibacterial lain
  • cenderung lebih stabil (lebih tidak mudah oksidasi dibanding ascorbic acid)
  • dapat diformulasikan pada pH yang tidak harus acidic (pH 6.5-7.0 adalah yang ideal) sehingga tetap nyaman digunakan sehari-hari oleh kulit yang reaktif
  • dan tetap menyimpan sebagian fungsi brightening dan antioxidant dari vitamin C

Shop the Glow-Activating Serum-Toner Hybrid with Vitamin C + B3 + Ferulic Acid

Replenishing Hydrator

Adapun sodium ascorbyl phosphate ini hanyalah satu dari belasan jenis turunan Vitamin C dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing—ada yang larut di minyak seperti ascorbyl palmitate, tetrahexydecyl ascorbate atau yang larut di air seperti ethyl ascorbic acid, magnesium ascorbyl phosphate, ascorbyl glucoside—dan bagaimana efektifitasnya tergantung formulasi akhirnya, kemasan, dan bagaimana vitamin C ini bekerja sama dengan bahan-bahan lain.

MEMAKAI VITAMIN C DAPAT MENYEBABKAN JERAWAT?

Ini adalah mitos yang kebanyakan diketahui awam bahwa hanya karena Vitamin C memiliki fungsi untuk ‘mencerahkan’ maka terkadang disamakan dengan efek berbahaya bahan-bahan ilegal atau yang disalahgunakan dalam kosmetika untuk skin-bleaching—misal: merkuri, steroid, hydroquinone. Untungnya tidak ada data yang menunjukkan hubungan sebab-akibat (kausalitas) bahwa memakai skincare yang memakai vitamin C dapat menyebabkan jerawat.

Namun demikian, bukan berarti penggunaan vitamin C pasti cocok untuk semua orang, tergantung seberapa konsentrasi, formulasi dan bagaimana interaksinya dengan bahan aktif lain pada produk lain yang digunakan. Adapun terkait pemakaian vitamin C (ascorbic acid) di skincare, data yang ada menunjukkan bahwa vitamin C tidak menimbulkan sensitisasi kulit pada konsentrasi hingga 10%, dan pada konsentrasi di atas 20% tidak memberi manfaat tambahan bagi kulit.

Oleh karena itu memungkinkan jika timbul breakout sebagai efek samping sensitisasi atas pemakaian vitamin C di atas 10%, atau jika karena bersamaan dengan bahan aktif potent lainnya yang mempengaruhi siklus perputaran atau pergantian sel kulit. Konsultasikan dengan dokter atas pemakaian vitamin C konsentrasi tinggi di skincare jika sedang menjalani terapi dengan bahan-bahan obat anti-jerawat yang diresepkan sebagai antisipasi menghindari atau mengurangi efek samping sensitisasi.

REFERENCES:

  • International Journal of Toxicology, March 2005, Vol. 24 Issue 2, Pages 51-111
  • Indian Dermatology Online Journal, Apr-Jun 2013, Vol 4 (Issue 2), Pages 143–146
  • International Journal of Cosmetic Science, Feb 2009, Vol. 31 Issue 1, Pages 41-46
  • International Journal of Cosmetic Science, June 2005, Pages 171-176
  • Journal of the American Academy of Dermatology, Sep 2008, Vol. 59 Issue 3, Pages 418-425