Keadilan Sosial Bagi Seluruh Produk Good-Smelling?


by Glow Necessities
Courtesy of Gloria Vilches
Photo courtesy of Gloria Vilches

Dalam beberapa tahun terakhir, dengan semakin banyak tersedianya pilihan produk skincare mulai dari yang fragrance-free maupun yang masih wangi 'enak', adalah hal yang wajar jika mungkin kita bertanya-tanya: “Bagaimana mungkin sesuatu yang didesain untuk menyenangkan saat dipakai berdampak buruk bagi kulit?”. Walaupun sudah tersedia banyak data pendukung risiko iritasi senyawa volatile bagi kulit, demand dan supply atas produk yang beraroma wangi juga sesuatu yang masih sulit dilepaskan.

Di pembahasan ini akan dikupas tentang apa sesungguhnya yang menjadi pertimbangan masalah pewangi (fragrance), essential oil, dan bahan-bahan volatile bagi kulit.

KENAPA PRODUK DIBUAT BERAROMA ENAK?

Jika kita pernah berbelanja produk skincare atau perawatan tubuh lain ke drugstore atau supermarket, saat pertama memutuskan untuk membeli tanpa harus memakai produknya apa yang otomatis kita lakukan? Sebagian besar adalah dengan membuka penutup kemasannya dan mencium aromanya.

Industri retail dan kosmetik memahami perilaku berbelanja konsumen pada umumnya: bahwa segala sesuatu yang memicu emosi ‘senang’—dalam hal ini adalah aroma—merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam berbelanja impulsif.

Namun dengan melihat pola perilaku di atas: strategi marketing membuat produk menjadi beraroma ‘enak’ tujuan utamanya adalah supaya calon konsumen untuk suka dengan produknya saat dipakai semata, bukan suka dengan hasil pemakaiannya.

Memang fakta yang pahit untuk diterima kebanyakan konsumen bahwa apa yang dianggap ‘enak’ oleh satu indera perasa bukanlah jaminan bahwa akan bermanfaat—atau bahkan menjaga kesehatan—organ tubuh lainnya, yang dalam hal ini dimaksud adalah kulit.

ALASAN PEWANGI BERMASALAH

Mengesampingkan banyaknya mitos yang menautkan bahwa fragrance itu 'toxic' atau berisiko menimbulkan masalah kesehatan serius, yang sesungguhnya menjadi pertimbangan masalahnya berakar pada senyawa volatile—senyawa merupakan bahan utama dalam fragrance dan essential oil yang membuatnya menjadi semerbak—yang berisiko menimbulkan reaksi iritasi (contact atau allergic dermatitis).

Adapun racikan berbagai bahan di dalam fragrance ini merupakan rahasia dagang (trade secret) sehingga senyawa apa saja di dalamnya tidak diwajibkan oleh mayoritas lembaga regulasi yang ada untuk diungkap secara jelas dalam label kosmetik—kecuali di EU yang mewajibkan bahan volatile alergen yang paling umum ditemukan di fragrance atau essential oil untuk dicantumkan—yang bisa jadi puluhan atau bahkan ratusan senyawa volatile yang dalam satu racikan fragrance.

Oleh karena hal tersebut, dengan memakai produk yang mengandung fragrance: kita sebagai konsumen seakan-akan mengambil risiko judi (gambling) dikarenakan informasi yang dibatasi ini sehingga mempersulit untuk mengetahui senyawa mana yang kemungkinan besar merupakan pemicu utamanya jika terjadi iritasi dan/atau alergi dalam pemakaian suatu produk—terutama pada kulit yang sudah memiliki faktor risiko eczema-prone atau kulit sensitif.

BAGAIMANA DENGAN PEWANGI ALAMI ATAU ESSENTIAL OIL?

Karena masalah yang dijelaskan terkait fragrance (pewangi sintetis) di atas, tak sedikit sumber misinformasi juga yang menautkan essential oil sebagai ‘solusi’ dengan anggapan: ‘karena sumbernya dari tanaman: berarti lebih baik untuk kulit’.

Sayangnya justru kebalikannya: essential oil dan ekstrak pewangi bersumber dari tanaman justru masih sama mengandung bahan volatile yang berisiko menyebabkan iritasi allergic atau contact dermatitis pada kulit—misalnya seperti linalool, limonene, citral, geraniol, eucalyptol—yang sering ditemukan di bagian akhir daftar komposisi kosmetik yang mengandung essential oil.

Walaupun beberapa essential oil memiliki fungsi antibakteri atau antifungal—karena itu merupakan senyawa yang menjadi metode pertahanan hidup tanaman sumbernya—namun karena dalam bentuk essential oil, senyawa yang bermanfaat bagi kulit ini tidak terpisahkan dari bahan volatile biang semerbak wangi ini ketika diaplikasikan pada kulit.

Ironisnya juga terdapat beberapa studi korelasi pemakaian essential oil lavender dan tea tree oil dalam formula kosmetik terhadap gangguan pada endocrine—bagian tubuh yang meregulasi hormon—yang berhubungan dengan prepubertal gynecomastia pada payudara remaja laki-laki. Jenis metodologi studi korelasi ini sering digunakan untuk meng-kambing-hitam-kan paraben, tetapi risiko lavender dan tea tree oil ini tidak memperoleh tingkat ‘kewaspadaan’ yang sama hanya karena sumbernya alami.*

*Catatan: ini menunjukkan bagaimana bias-nya media dan marketing terhadap interpretasi suatu studi korelasi atas bahan ‘alami’ dibanding bahan sintetis yang penamaannya lebih asing seperti paraben. Dalam hal risiko yang menjadi perhatian GN tetaplah risiko essential oil dalam menimbulkan iritasi contact atau allergic dermatitis terselubung dalam jangka panjang—terutama untuk kulit sensitif dan eczema-prone.

Berikut di bawah ini merupakan sebagian—namun tidak terbatas pada—contoh essential oil atau ekstrak tanaman yang masih tinggi kandungan bahan volatile yang berpotensi menimbulkan reaksi iritasi ‘terselubung’ di kulit, tetapi masih banyak ditemukan di produk skincare:

  • Saffron
  • Lavender oil
  • Berbagai jenis citrus—jeruk atau lemon (citrus aurantium dulcis, citrus limon, citrus paradisi, citrus bergamot, citrus reticulata)
  • Lemongrass (atau daun sirih)
  • Witch hazel
  • Mugwort
  • Kemboja (Frangipani)
  • Tea tree oil
  • Berbagai jenis mint (peppermint, cornmint)
  • Berbagai jenis mawar (palmarosa, rosa damascena)
  • Eucalyptus
  • Geranium
  • Sandalwood
  • Rosewood
  • Frankincense
  • Neroli
  • Thyme
  • Rosemary
  • Clary sage

Walaupun terdapat beberapa opini yang menunjukkan bahwa essential oil dalam skincare—baik dalam produk bilas maupun non-bilas—dalam konsentrasi minim tidak menimbulkan masalah, hal ini tidak mempertimbangkan bahwa dalam satu produk dapat mengandung lebih dari satu jenis racikan essential oil dan fragrance. Serta dengan pertimbangan bahwa basic skincare yang paling sederhana pun memerlukan setidaknya 3 produk berbeda; dengan demikian, dalam satu routine kulit dapat terpapar puluhan atau ratusan senyawa volatile yang berpotensi menimbulkan iritasi terselubung.

PLANT OIL YANG BAIK UNTUK KULIT

Kabar baiknya, minyak tanaman (plant oil atau carrier oil) yang memiliki risiko rendah untuk menyebabkan iritasi tanpa senyawa volatile di dalamnya juga banyak pilihannya. Lebih lagi, berbagai plant oil yang kaya akan fatty acids, omega-3, omega-6 ini juga ikut membantu menutrisi kulit dan pemulihan skin barrier yang sedang terganggu karena komponennya yang menyerupai sebum alami kulit manusia.

Berikut di bawah ini merupakan sebagian contoh plant oil yang bermanfaat bagi kulit dalam formulasi produk kosmetik yang tepat:

  • Sunflower seed oil
  • Shea butter, cocoa butter
  • Grapeseed oil
  • Rosehip oil (berbeda dengan mawar)
  • Jojoba oil
  • Sesame oil
  • Safflower oil
  • Borage oil
  • Argan oil
  • Soybean oil
  • Avocado oil
  • Apricot oil
  • Avocado oil
  • Oat oil
  • Sweet almond oil
  • Passion fruit (maracuja) oil
  • Kukui nut (kemiri) oil

Jadi Seberapa Bermasalahnya Essential Oil & Fragrance?

Kesimpulannya: tak perlu dikhawatirkan, dengan memakai produk yang menggunakan essential oil dan fragrance tidak serta-merta akan membuat kulit 'rontok' atau menimbulkan masalah kesehatan sistemis serius.

Yang lebih menjadi pertimbangan adalah dari segi bagaimana kulit bereaksi terhadap faktor exposome dan 'pintar'nya kulit sebagai organ tubuh memendam gejalanya saat 'tersakiti' atau terjadi iritasi dalam memakai produk dengan fragrance dan essential oils—terutama kulit yang sudah memiliki kondisi bawaan seperti kulit sensitif atau eczema-prone.

Selain itu, masih banyak pilihan bahan-bahan antioxidant atau bahan aktif farmakologi lain yang sudah memiliki lebih banyak data pendukung yang lebih meyakinkan untuk membantu kulit tanpa harus 'berjudi' dengan risiko bahan-bahan volatile pewangi sebagaimana yang terkandung di fragrance dan essential oil.

Dengan melihat pertimbangan di atas, telah menjadi komitmen dan filosofi GN dalam memastikan formula yang 100% fragrance-free dan minim bahan volatile pewangi yang kembali ke makna "skin care" itu sendiri: merawat dan menjaga kesehatan kulit tanpa perlu kompromi dengan bahan-bahan yang demi 'hiburan' sensorial lainnya.

REFERENCES:

  • International Journal of Molecular Sciences, Jan 2018, Vol. 19, pages 70
  • New England Journal of Medicine, 2007, Vol 356, Pages 479-485
  • The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, November 2019, Vol.104 (Issue 11), Pages 5393–5405
  • Contact Dermatitis, May 2008, Vol.58 (Issue 5), Pages 282-284
  • Australasian Journal of Dermatology, August 2002, Pages 211-213
  • Contact Dermatitis, January 2010, Vol.62, Issue 1, Pages 61-63
  • Dermnet NZ, (Internet), Last retrieved December 2020